Friday, December 4, 2009

“Andaikata lebih panjang lagi…"

Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya
meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan
pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan
menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal
menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,” Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”

Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara
dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal” “Apa yang di
katakannya?” “saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu
sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya
sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran
merupakan kalimat yang terpotong-potong. "

“Bagaimana bunyinya?” desak Rosulullah.

Istri yang setia itu menjawab, “suami saya mengatakan “Andaikata lebih
panjang lagi….andaikata yang masih baru…. andaikata semuanya….”
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah
perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah
pesan-pesan yang tidak selesai?”

Rosulullah tersenyum.”sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,”ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid
untuk melaksanakan shalat jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan
orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak
ada yang menuntun.

Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak
menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya
itu, lalu iapun berkata “andaikan lebih panjang lagi”. Maksud suamimu,
andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih
besar lagi.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?”tanya sang istri mulai tertarik.

Nabi menjawab,”adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia
melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu
ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi
jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir
mati kedinginan.

Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya.
Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki
tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya.

Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal
kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Coba andaikan
yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti
pahalaku jauh lebih besar lagi”.Itulah yang dikatakan suamimu
selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?” tanya sang istri makin ingin tahu.

Dengan sabar Nabi menjelaskan,”ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu
datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan?
Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging.
Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk
pintu dan meminta makanan.

Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah
diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan
nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu.
Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘ kalau aku tahu begini hasilnya,
musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya
kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.

Source: pembacaasmanadia@yahoogroups.com

1 comment:

Sayang Allah said...

Satu kisah yang baik untuk dijadikan teladan buat kita.

semoga dengan kisah ini membantu kita untuk lebih bersemangat dalam beramal.